Kenapa Beras Harus Dicuci Sebelum Diolah? Begini Kata Studi
Jakarta - Mencuci beras menjadi salah satu langkah yang harus dilakukan dalam memasak nasi. Pencucian umumnya dilakukan untuk membersihkan beras dari partikel atau benda-benda yang mungkin tersisa.
Seperti yang diketahui, beras adalah salah satu jenis makanan pokok bagi banyak manusia, terutama yang tinggal di Asia dan Afrika, seperti Indonesia.
Bahkan beras juga digunakan sebagai bahan masak serbaguna untuk membuat banyak hidangan ikonik di seluruh dunia, seperti dolmades dari Yunani, risotto dari Italia, paella dari Spanyol, dan puding beras dari Inggris.
Tingkat Kelengketan Beras
Untuk membuktikan apakah mencuci beras memengaruhi pada tingkat kelengketannya, maka studi tahun 2019 dalam Sciencedirect melakukan perbandingan kelengketan pada tiga jenis beras yang berbeda. Ketiga jenis tersebut adalah beras ketan, beras gandum medium, dan beras jasmine.
Pengujian tersebut dilakukan dengan mencuci beras tiga kali dengan air, mencuci beras sepuluh kali, dan tidak mencucinya sama sekali pada ketiga beras tersebut.
Berdasarkan hasil pengujiannya, diketahui bahwa ternyata mencuci beras tidak berpengaruh pada tingkat kelengketan beras tersebut.
Para peneliti menunjukkan bahwa kelengketan itu bukan dikarenakan oleh pati amilosa, melainkan pati lainnya yaitu amilopektin yang keluar ketika beras dimasak.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa beras ketan adalah yang paling lengket, sedangkan beras gandum medium dan beras jasmine kurang lengket serta lebih keras ketika digigit atau dikunyah. Maka kelengketan itu juga dipengaruhi oleh jenis beras yang digunakan.
Perlunya Mencuci Beras
Biasanya, dalam proses penggilingan padi secara tradisional, beras seringkali kedapatan bercampur dengan debu, serangga, batu kecil, dan sisa serpihan kulit. Oleh karena itu, beras perlu dicuci untuk membersihkannya.
Namun baru-baru ini, dengan banyaknya penggunaan plastik dalam rantai pasokan makanan, mikroplastik telah ditemukan dalam makanan kita, termasuk beras.
Terdapat bukti bahwa beras yang dibilas telah membersihkan sekitar 20% mikroplastik yang dapat berpengaruh pada tubuh, sebagaimana dilansir dari Sciencedirect tahun 2021.
Dalam studi tersebut, dijelaskan bahwa mikroplastik yang terkandung dalam beras dapat berasal dari kemasannya.
Peneliti juga menemukan kandungan plastik dalam nasi instan empat kali lebih tinggi daripada nasi mentah. Jika beras instan dibilas terlebih dahulu, maka akan dapat mengurangi plastik hingga 40%.
Beras juga diketahui mengandung kadar arsenik yang tinggi, sehingga dengan mencucinya terlebih dahulu akan dapat menghilangkan sekitar 90% arsenik, tetapi juga akan menghilangkan kandungan nutrisi lain seperti zat besi, seng, dan vanadium.
Bagi orang yang tidak mengonsumsi beras dalam jumlah yang banyak, kemungkinan hal itu tidak akan berpengaruh pada kesehatannya. Tetapi bagi orang yang mengonsumsinya setiap hari dalam jumlah banyak, maka akan merasakan efeknya.
Studi dalam Journal of the science of food and agriculture tahun 2018, juga menunjukkan bahwa mencuci beras dapat mengurangi sekitar 7-20% kandungan timbal dan kadmium. Dalam hal ini WHO juga telah memperingatkan resiko paparan arsen pada makanan.
Tingkat arsenik beras juga bergantung pada dimana ia tumbuh, kultivar beras, dan cara memasaknya. Studi dari Journal Environmental science & technology tahun 2005 menunjukkan bahwa tingkat arsenik tertinggi ada di Amerika Serikat.
Namun perlu diketahui bahwa arsenik juga ditemukan pada makanan lain, seperti kue, kerupuk, sereal, makanan laut, dan sayuran.
Tidak Membunuh Bakteri
Meski bisa membersihkan dari objek-objek yang tidak bagus untuk tubuh, faktanya mencuci beras tidak akan bisa membunuh atau mencegah adanya bakteri.
Menurut Direktur Program Ilmu Gizi dan Pangan, Ahli Diet Terakreditasi, University of South Australia, Evangeline Mantzioris, bakteri akan terbunuh ketika beras tersebut dimasak karena suhu panasnya. Namun memasak nasi, tidak akan membunuh spora bakteri dari patogen Bacillus cereus.
"Ketika nasi dalam keadaan basah dan suhu kamar, maka akan dapat mengaktifkan bakteri spora tersebut yang dapat menghasilkan racun. Racun ini dapat menyebabkan penyakit gastrointestinal parah," tulisnya.